Minggu, 30 November 2008

PROTOZOA

SEKLUMIT TENTANG PROTOZOA
Morfologi
 Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu mempunyai struktur yang lebih mejemuk dari sel tunggal hewan multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protoza merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu, maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu aseluler tetapi keseluruhan organisme dibungkus oleh satu plasma membran (Brotowijoyo, 1986. hal: 60).
 Protozoa berasal dari kata protos berarti pertama dan zoa = zoo berarti hewan, jadi protozoa adalah binatang yang pertama kali ada (Soemiadji, 1986 hal: 32).
 Diantara jenisnya ada yang hidup bebas di alam dan ada pula yang hidup sebagai parasit pada hewan atau manusia. Jenis yang hidup bebas banyak terdapat di tempat yang becek, genangan air dan kolam, tidak terbatas di air tawar tetapi juga di air asin (Soemiadji, 1986 hal: 32)
 Filum protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel. Nama protozoa berasal dari bahasa latin yang berarti “hewan yang pertama” (proto = awal, zoon = hewan ). Hewan filum ini hidup di daerah yang lembab atau berair, misal : di air tawar, air laut, air payau, dan tanah, bahkan di dalam tubuh orgnisme lain. Protozoa ada yang hidup bebas, komensal maupun parasit pada hewan lain. Hewan ini ada yang secara individu (soliter) dan ada pula yang membentuk koloni (Kastawi, dkk.2003, hal: 20).
 Menurut Radiopoetro (1996 hal: 144) sampai sekarang hewan-hewan yang termasuk dalam organisasi tingkat protoplasma ini, tergabung dalam Philum : Protozoa (protos = pertama, awal : zoon = hewan). Sering juga disebut bahwa protozoa ini adalah hewan unicellular, sedang parazoa atau Metazoa adalah multicelluler . hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh satu organisme protozoa dapat disamakan dengan 1 cel parazoa atau metazoa.
 Euglena adalah hewan bersel satu berwarna hijau, karena berklorofil, merupakan suatu marga dari hewan-hewan mastigophora. Hidup dalam kolam dan sering membuat lapisan permukaana air yang berwarna hijau (Brotowijoyo 1986 hal: 60)
 Euglena berbentuk seperti kumparan yang panjangnya bervariasi dari 25-100 mikron. Mempunya sebuah flagellum pada ujung anterior yang dimulai dari kerongkongan. Kedalam kerongkongan itu bermuara pada suatu tempat penampungan (reservoir). Kedalam reservoir itu bermuara beberapa vakuola kontraktil kecil. Dekat reservoir tersebut terdapat srigma merah (dianggap sebagai mata) (eu + Gr. Glene, biji mata). Dalam tubuh hewan biasanya terdapat sejumlah besar kloroplastid. Dalam sitoplasma disimpan karobohidrat sebagai makanan cadangan berupa butir-butir paramilum. Inti tunggal dan di tengah-tengahnya terkumpul kromatin (Brotowijoyo, 1986 hal: 61).
 Pada lapisan entoplasma terdapat butir hijau daun, sehingga hewan ini dapat menyelenggarakan proses fotosintesis dengan menghasilkan zat tepung (amilum) (Kastawi, dkk. 2003 hal: 26).
Hewan euglena dapat bergerak maju ke depan secara spiral rotasi dengan menggunakan flagellumnya atau merayap pada suatu dasar tanpa menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak dengan cara mengerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya memanjang lagi seperti semula (Kastawi, dkk. 2003 hal: 26).
Sebagian besar hewan ini mendapatkan mekanannmya dari hasil fotosintesis, berarti mendapatkan makanan dengan cara holophitic. Tetapi bias juga secara saprozoik, berarti menyerap makanan melalui seluruh permukaan tubuhnya, dan makanan ini berupa partikel-partikel hancuran makhluk yang telah mati (Kastawi, dkk.2003 hal: 26).
Banyak jenis amoeba yang hidup mandiri, antara lain Amoeba proteus, namun ada yang hidup parasitis dan menyebabkan penyakit disentri pada manusia dan hewan (anjing dan kucing), yaitu Entamoeba histolityca (Brotowijoyo, 1986 hal: 64).
Ukuran Amoeba berkisar antara 200-300 mikron, bentuknya selalu berubah-ubah. Sitoplasma dibagi menjadi dua bagian, yaitu ektoplasma yang jernih, dan endoplasma yang lebih keruh. Inti sebuah, pipih, bulat. Selalu ada satu vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan (Brotowijoyo, 1986 hal: 64).
Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia. Proses penjluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). Karena pencairan itu terjadi plasmosol. Jika kemudian plasmosol iti dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya (Brotowijoyo, 1986 hal: 64).
 Menurut Kastawi dkk (2003 hal: 28) amoeba ada yang dibungkus cangkang atau tanpa selubung cangkang (telanjang). Amoeba telanjang dari genus Amoeba dan Pelomyxa bentuknya asimetris dan bentuk ini selalu berubah. Sebaliknya amoeba bercangkang memperlihatkan simetris bagian luarnya (cangkangnya).
 Sitoplasma terbagi dalam ekto dan endoplasma, pseudopodia ada yang tipe lobopodia (pada amoeba telanjang) atau tipe filopodia (pada amoeba bercangkang). Pada lobopodia, penjuluran lebih besar dan mengandung ekto dan endoplasma, sedang pada filopodia lebih kecil dan hanya tersusun dari ektoplasma (Kastawi, dkk. 2003 hal: 28).
 Cangkang berasal dari sekresi sitoplasma berupa silica atau khitin, atau materi dari luar yang melekat. Amoeba melekat pada dinding dalam cangkang dengan perantara penjuluran protoplasma. Cangkang selalu memiliki bidang terbuka untuk penjuluran sitoplasma, dan karenanya bentuk cangkang sering mirip helm/topi (Kastawi, dkk.2003 hal: 28).
 Marga paramecium mempunyai rambut atau bulu getar pada seluruh permukaan tubuhnya. Bentuk tubuhnya seperti sandal (cenela). Ukurannya kira-kira 250 mikron panjang, bentuk agak silindris. Dibagian oral terdapat celah berbentuk spiral dan berakhir pada kerongkongan yang panjangnya hampir separuh panjang tubuh. Ektoplasma tipis, mengandung banyak trikokista, yaitu alat pelindung diri yang dapat mengeras. Di tengah-tengah tubuh terdapat makronukleus, dan satu atau dua mikronukleus. Biasanya ada dua vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan (Brotowijoyo, 1986 hal: 67)
 Paramecium caudatum adalah kelompok protozoa yang sering dijumpai di periran air tawar, misalnya sawah, kolam dan air yang mengenang. Bentuknya menyerupai sandal, bagian anterior tumpul dan yang posterior meruncing. Permukaan tubuhnya agak lentur namun bentuk tubuhnya sudah tetap dan bagian ini disebut pellicle. Seluruh permukaan tubuhnya ditumbuhi rambut getar yang disebut cillia, berfungsi sebagai alat gerak. Didaerah pertengahan tubuhnya terdapat bentuk lekukan yang ujungnya diakhiri degan bentuk kantung, ini disebut gulet. Bentuk kantung bila terlepas dari gulet akan menjadi vakuola makanan. Sitoplasma dibedakan menjadi dua yaitu bagian luar adalah ektoplasma dan bagian dalam disebut endoplasma. Dibagian ektoplasma terdapat bentukan menyerupai akar yang disebut trikosit. Fungi trikosit untuk melindungi diri dari terhadap serangan lawan dan juga untuk menambatkan diri pada hewan lain waktu mengambil makanan. Paramaecium caudatum mempunya dua inti, yaitu mikronukleus dan dan makronukleus. Fungsi makronukleus untuk mengatur proses metabolisme, sedangkan mikronukleus untuk perkembangbiakan. Setiap sel paramaecium caudatum mempunyai dua vakuola berdenyut, bentuk dan letaknya berbeda dengan vakuola yang dimiliki Amoeba proteus, tetapi fungsinya sama yaitu untuk eliminasi dan mengeluarkan air dari sitoplasma (Soemadji, 1986 hal: 308)
Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasinya protozoa dibedakan menjadi lima kelas yaitu :
1.Kelas mastigopora (flagellata)
 Hewan-hewan yang termasuk dalam kelas ini mempunyai satu atau lebih flagella (bulu cambuk). Contoh dari hewan ini adalah Euglena viridis, adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
Philum Protozoa
  Sub Philum Sarcomastigophora
  Kelas Phitomastigophora
  Family Euglenoidae
  Genus Euglena
  Species Euglena Viridis
http// classification_of_euglena_viridis. jpg
2.Kelas Sarcodina (Rhizopoda
 Rhizopoda bergerak dan makan dengan menggunakan pseudopodia (kaki semu). Hewan-hewan kelas ini Amoeboid, yaitu bentuk tubuhnya tidak tetap (selalu berubah-ubah). Salah satu contoh Rhizopoda adalah Amoeba proteous, adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut:
 Kingdom Animalia
  Philum Protozoa
  Sub phylum Plasmoderma
  Class Sarcodina
  Subclass Rhizopoda
  Ordo Amoebima
  Family Amoebioae
  Genus Amoeba
  Species Amoeba proteaus
3.Kelas cilliata (Ciliophora)
  Hewan-hewan anggota kelas ini mempunyai ciliata (rambut getar) untuk bergerak atau mencari makan. Hidupnya mandiri atau sebagai komensal dalam saluran pencernaan herbivora dan sebagainya. Ciliata hdup dalam kolam alam. Contoh dari kelas ini adalah Paramaecium caudatum, adapun klasifikasinya adalah sebagai berikut :
 Kingdom Animalia
  Philum Protozoa
  Sub phylum Ciliophora
  Class Ciliate
  Subclass Holotricha
  Ordo Hymenostomatida
  Family Paramecidae
  Genus Paramaecium
  Species Paramaecium caudatum
Habitat
 Euglena banyak dijumpai di kolam-kolam dan sering memberikan warna hijau pada air kolam. Hal in disebabkan hewan tersebut memiliki kloroplas didalam tubuhnya (Kastawi, dkk. 2003 hal. 25).
 Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena viridisz (http://www.edukasi.net/mol/mo_full.php?moid=134&fname=bio_106_kb2 _hal27 b.htm)
 Amoeba banyak terdapat di lumpur-lumpur , dibagian dasar kolam, sawah, sungai, danau, atau tempat-tempat lain yang berair dan banyak mengandung sisa-sisa organisme (Kastawi, 1986 hal: 4)
Anatomi
Hewan Euglena bergerak maju kedepan secara spiral rotasi dengan menggunakan flagellumnya atau secara euglenoid. Euglenoid artinya bergerak dengan cara mengkerutkan tubuh, kemudian agak membulat dan akhirnya memanjang lagi seperti posisi semula (Kastawi, dkk. 2003 hal. 26)
Reproduksi Euglena viridis secara aseksual yaitu dengan pembelahan longitudinal dan dimulai pada ujung anterior (Brotowidjoyo, 1995 hal: 61).
Euglena membuat makanan sendiri dari makanannya sendiri dari makanan yang larut di sekitarnya, jadi hewan tersebut bersifat autotrof . kemampuan membuat maakanannya sendiri hanya berlangsung bila ada cahaya matahari (Brotowidjoyo, 1995 hal: 61).
Amoeba bergerak dengan cara mengalirkan penjuluran protoplasma yaitu pseudopodia. Proses penjuluran itu nampaknya adalah pencairan sementara bagian luar endoplasma yang kental (plasmagel). karena pencairan itu terjadi plasmosol. jika, kemudian plasmosol itu dikentalkan kembali, maka penjuluran protoplasma itu tertarik kembali, dan begitu seterusnya (Brotowidjoyo, 1995 hal: 64).
Amoeba bernapas dengan cara mengambil oksigen melalui permukaan tubuhnya dengan cara difusi. Sari makanan dioksidasikan dengan oksigen, yang akhirnya menghasilkan energi (Kastawi, dkk. 2003 hal: 29)
Perkembangbiakan Amoeba dengan cara membelah diri, yaitu dimulai pembelahan inti, kemudian diikuti oleh sitoplasmanya . Pembiakan ini berlangsung jika keadaan memburuk akan membentuk kista. Pembentukan kista ini dimaksudkan agar terus dapat hidup meskipun keadaan memburuk. Keadaan hidup demikian disebut “hidup latent” (Kastawi, dkk. 2003 hal: 29)
Paramaecium bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan transversal. Makronukleus membelah secaara amitosis, lalu satu atau beberapa mikronukleus membelah secara mitosis, semuanya berlangsung dalam membrane nuklearis. Secara seksual dengan konjugasi, yaitu didahului dengan pertukaran inti antara dua individu (Brotowidjoyo, 1995 hal: 67).
Paramaecium bergerak maju sambil mengadakan rotasi yang arah perputarannya bila dilihat dari belakang berlawanan dengan arah jarum jam. Pergerakan tersebut terjadi karena perpaduan antara gerak cilia tubuh seperti system dayung dan gerak cilia pada oral grove yang sangat kuat (Kastawi, dkk. 2003 hal: 36)

1 komentar:

EA Nature mengatakan...

bagusssssssssssssssssss